Rabu, 20 Januari 2010

swish

http http://www.ziddu.com/download/8245348/Swish2.exe.html

.ziddu.com/download/8245348/Swish2.exe.html

Rabu, 06 Januari 2010

Sahabudin Pahlawan Asal Babel

TAK banyak masyarakat Bangka Belitung (Babel) mengenal sosok Sahabudin. Padahal Sahabudin, pria kelahiran Dusun Tutut Desa Penyamun, Kecamatan Pemali menyerahkan nyawanya untuk mempertahankan tanah air Republik Indonesia.
Sahabudin meninggal di Laut Aru 15 Januari 1962. Sebuah torpedo dari kapal perang Belanda menghantam lambung KRI Macan Tutul. Sahabudin salah satu pejuang yang berada di dalam kapal saat mempertahankan NKRI. Pengorbanan Sahabudin diabadikan di Markas Komando TNI Angkatan Laut (AL) pusat.
Pria asal Dusun Tutut semasa hidupnya menjadi pernah parjurit di TNI AL. Dia salah satu ABK di KRI Macan Tutul. Tragedi gedi Laut Aru merenggut nyawa Sahabudin yang berpangkat klasi dua.

Tak cuma Sahabudin, rekan-rekannya yang lain awak KRI Macan Tutul pun gugur membela RI. Mereka gugur bersama seorang pahlawan nasional Komodor Yos Sudarso yang memimpin pertempuran Laut Aru.
Tohir adik kandung almarhum Sahabudin mengisahkan, semasa hidupnya, Sahabudin sebelum bergabung sebagai TNI AL menamatkan pendidikan di Sekolah Teknik (ST) Sungailiat. Sahabudin dikenal sebagai anak yang rajin, suka bergaul sesama rekan dan sahabat di kampungnya Dusun Tutut sekitar 10 kilometer dari Sungailiat.
Usai menamatkan pendidikan di ST, Sahabudin berminat melanjutkan cita-cita sebagai seorang tentara. Keinginan Sahabudin sempat membuat bingung pihak keluarganya.

Sebab pihak keluarga beranggapan keinginan Sahabudin tersebut sulit terwujud. Kondisi ekonomi keluarganya tidaklah memungkinkan dirinya untuk menjadi tentara. Untuk melamar menjadi anggota TNI AL mesti ke luar Pulau Bangka sehingga butuh biaya yang tak sedikit.

“Tapi tekad dan semangatnya tak bisa diredam maka apa yang menjadi keinginannya pun kami turut mendukung. Ternyata tak disangka ia diterima sebagai anggota TNI AL,” kenang Tohir saat itu didampingi adik dan kakak kandung Sahabudin antara lain Syaidah, Zubir dan salah seorang keponakannya, Saferi di kediaman Dusun Tutut.

Saat menerima kunjungan Danlanal Babel Letkol Laut (P) Gregorius Agung WD didampingi istri bersama para perwira TNI AL lainnya, Rabu (14/1) pagi tak banyak yang diungkapkan oleh Tohir.
Apalagi yang diketahui oleh kakak maupun adik kandungnya. Sahabudin pergi meninggalkan keluarga demi membela negara saat usianya masihlah tergolong muda.

“Mungkin sudah takdirnya, dia harus meninggalkan kami demi membela tanah air tercinta,” ucap Tohir dengan pandangan mata berkaca-kaca. Jasa atau perjuangan Sahabudin membela tanah air tidak begitu saja dilupakan. Pemerintah RI di era pemerintahan Soeharto pun sempat menorehkan sebuah penghormatan bagi Almarhum Sahabudin dengan menetapkan namanya dalam daftar deretan nama-nama pahlawan nasional. Beragam penghargaan lainnya termasuk namanya pun sempat diabadikan sebagai salah satu nama gedung di Mako AL.

Danlanal Babel Gregorius pun sempat pula mengusulkan kepada pemerintah daerah Provinsi Babel agar nama Sahabudin dapat diabadikan menjadi salah satu nama jalan atau dibangun monumen di Pulau Bangka.

“Sudah pernah kita usulkan. Dan kita harapkan nama beliau dapat diabadikan untuk nama jalan atau setidak-tidaknya dibangun tugu monumen sosok Sahabudin. Sebab walau bagaimana pun dia merupakan pahlawan nasional, putera daerah yang patut kita hormati.” kata Gregorius sembari mengingatkan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah atau jasa-jasa para pahlawannya.

di kutip dari
TAK banyak masyarakat Bangka Belitung (Babel) mengenal sosok Sahabudin. Padahal Sahabudin, pria kelahiran Dusun Tutut Desa Penyamun, Kecamatan Pemali menyerahkan nyawanya untuk mempertahankan tanah air Republik Indonesia.
Sahabudin meninggal di Laut Aru 15 Januari 1962. Sebuah torpedo dari kapal perang Belanda menghantam lambung KRI Macan Tutul. Sahabudin salah satu pejuang yang berada di dalam kapal saat mempertahankan NKRI. Pengorbanan Sahabudin diabadikan di Markas Komando TNI Angkatan Laut (AL) pusat.
Pria asal Dusun Tutut semasa hidupnya menjadi pernah parjurit di TNI AL. Dia salah satu ABK di KRI Macan Tutul. Tragedi gedi Laut Aru merenggut nyawa Sahabudin yang berpangkat klasi dua.

Tak cuma Sahabudin, rekan-rekannya yang lain awak KRI Macan Tutul pun gugur membela RI. Mereka gugur bersama seorang pahlawan nasional Komodor Yos Sudarso yang memimpin pertempuran Laut Aru.
Tohir adik kandung almarhum Sahabudin mengisahkan, semasa hidupnya, Sahabudin sebelum bergabung sebagai TNI AL menamatkan pendidikan di Sekolah Teknik (ST) Sungailiat. Sahabudin dikenal sebagai anak yang rajin, suka bergaul sesama rekan dan sahabat di kampungnya Dusun Tutut sekitar 10 kilometer dari Sungailiat.
Usai menamatkan pendidikan di ST, Sahabudin berminat melanjutkan cita-cita sebagai seorang tentara. Keinginan Sahabudin sempat membuat bingung pihak keluarganya.

Sebab pihak keluarga beranggapan keinginan Sahabudin tersebut sulit terwujud. Kondisi ekonomi keluarganya tidaklah memungkinkan dirinya untuk menjadi tentara. Untuk melamar menjadi anggota TNI AL mesti ke luar Pulau Bangka sehingga butuh biaya yang tak sedikit.

“Tapi tekad dan semangatnya tak bisa diredam maka apa yang menjadi keinginannya pun kami turut mendukung. Ternyata tak disangka ia diterima sebagai anggota TNI AL,” kenang Tohir saat itu didampingi adik dan kakak kandung Sahabudin antara lain Syaidah, Zubir dan salah seorang keponakannya, Saferi di kediaman Dusun Tutut.

Saat menerima kunjungan Danlanal Babel Letkol Laut (P) Gregorius Agung WD didampingi istri bersama para perwira TNI AL lainnya, Rabu (14/1) pagi tak banyak yang diungkapkan oleh Tohir.
Apalagi yang diketahui oleh kakak maupun adik kandungnya. Sahabudin pergi meninggalkan keluarga demi membela negara saat usianya masihlah tergolong muda.

“Mungkin sudah takdirnya, dia harus meninggalkan kami demi membela tanah air tercinta,” ucap Tohir dengan pandangan mata berkaca-kaca. Jasa atau perjuangan Sahabudin membela tanah air tidak begitu saja dilupakan. Pemerintah RI di era pemerintahan Soeharto pun sempat menorehkan sebuah penghormatan bagi Almarhum Sahabudin dengan menetapkan namanya dalam daftar deretan nama-nama pahlawan nasional. Beragam penghargaan lainnya termasuk namanya pun sempat diabadikan sebagai salah satu nama gedung di Mako AL.

Danlanal Babel Gregorius pun sempat pula mengusulkan kepada pemerintah daerah Provinsi Babel agar nama Sahabudin dapat diabadikan menjadi salah satu nama jalan atau dibangun monumen di Pulau Bangka.

“Sudah pernah kita usulkan. Dan kita harapkan nama beliau dapat diabadikan untuk nama jalan atau setidak-tidaknya dibangun tugu monumen sosok Sahabudin. Sebab walau bagaimana pun dia merupakan pahlawan nasional, putera daerah yang patut kita hormati.” kata Gregorius sembari mengingatkan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah atau jasa-jasa para pahlawannya. (ryan augusta p)